Sunday, January 31, 2010

Siaran Peluncuran Uji Coba Siaran TV Digital yang Amburadul

Untuk Postingan pertama di bulan februari ini, alangkah baiknya jika kita rehat sejenak dari hal-hal yang bersifat teknis. Postingan kali ini akan memuat tulisan dari Mas Ade Armando yang diposting di milis Naratama TV, tulisan ini sengaja di posting di blog ini sebagai bahan perenungan saja, apakah kita sebenarnya sudah siap dengan teknologi TV Digital atau baru hanya sebatas wacana saja dan seberapa besar kepentingan bisnis yang bermain di dalamnya.
Berikut kutipan dari email Mas Ade Armando di milis NaratamaTV selengkapnya :

Belakangan ini, komunitas penyiaran, pemerintah, DPR suka sekali bicara soal migrasi sistem pertelevisian kita ke sistem digital.
Mau tahu seberapa siap kita dengan televisi digital?
Siaran peluncuran uji coba siaran televisi digital di Bandung melalui TVRI (29/01/2010) bisa dijadikan indikator bagus:
1. Siarannya merupakan siaran tunda di menjelang tengah malam. Ini menunjukkan bahwa bahkan bagi TVRI pun ini bukan informasi penting. Para petinggi tv swasta juga datang, tapi acara ini tak disiarkan melalui stasiun televisi mereka.
2. Kualitas gambarnya buruk: di rumahku, gambarnya berbayang.
3. Kualitas suaranya buruk. Kadang suara pembicara di segmen talk-show hilang tak terdengar, begitu juga suara penyanyi, pemusik.
4. Ada microphone mati.
5. Saat penayangan presentasi video tentang tv digital, suaranya terputus-putus.
6. Tak ada penjelasan yang cukup jelas tentang apa itu televisi digital. Menteri Kominfo memberikan pengandaian yang membingungkan. Kalau tidak salah, ia mengandaikan televisi analog itu sebagai anak yang lahir, kemudian menjadi bayi, menjadi, anak, menjadi remaja dan seterusnya; sementara televisi digital itu adalah anak yang lahir dan tiba-tiba besar. Maksudnya apa? (FYI: Sang menteri kelihatan sama sekali tak siap).
7. Para narasumber sama sekali tak bisa membantu menjelaskan. Seorang di antara mereka malah bicara tentang harga set-top box yang mencapai Rp 300 ribuan untuk melengkapi pesawat televisi yang dimiliki warga untuk bisa menangkap siaran digital. Yang nggak dibilang, saat ini siaran digital yang bisa ditangkap hanya yang bersifat uji coba.
8. Narasumber yang lain bilang, menurut penelitian, mayoritas warga kota antusias dengan siaran televisi digital. Survei mana pula yang bilang begitu?
9. Rekaman penjelasan nara sumber dari KPI Jabar yang cenderung lebih kritis dari yang lain serta mengingatkan tentang kemungkinan- kemungkinan negatif, tiba-tiba saja diedit dan menghilang dari tayangan
10.
Dalam presentasi video, saat membandingkan kualitas gambar tv analog dengan digital, hadir kebohongan lain: siaran televisi analog digambarkan bersemut, bergaris-garis, menyakiitkan mata; sementara siaran televisi digital, gambarnya cerah. Mungkin kalau siaran tv analog TVRI memang begitu; tapi siaran televisi swasta nasional sih baik-baik saja dong...
Apa pelajaran yang bisa ditarik dari acara peluncuran itu:
1. Kesiapan Indonesia amburadul dan nggak serius
2. Yang tampil lebih ke retorika bukan aksi yang terencana
3. Bahkan para pengambil keputusan dan pihak-pihak yang terkait nampak tak sepenuhnya mengerti dengan digitalisasi televisi ini.
4. Tak ada penjelasan tentang hal-hal yang esensial.
5. Kepentingan komersialnya sangat kental.
6. Banyak kebohongan
7. Banyak penutupan fakta
8. Memberikan mimpi indah yang tak berjejak pada realita.

5 comments:

  1. Namanya juga masih uji coba dan menara transmisi yang dipakai pun masih yang berdaya rendah. Wajar saja kalau ada masalah. Digital gambarny memang lebih gelap, coba saja tonton RCTI dan SCTV di Indovision. Sudah digital tuh, tapi standarnya bukan DVB-T, melainkan DVB-S. Gambarnya lebih gelap dari siaran analog, gak hanya itu suaranya jga lebih "mendem" dari analog. Tp, harus diakui memang tidak ada garis2 dan semut-semutnya-- bahkan suaranya pun gak ada noise-- cuman terdengar lebih kecil saja. Dan itupun yang digital hanya transmisi indovision saja, karena broadcast dari stasiun TV masih digital.


    Tapi, kalau sudah di-Tuning dengan benar sama stasiun TV nya rasanya tidak ada masalah dengan digital. TV masa depan itu aspect ratio nya udah 16:9, sekarang rata2 TV baru sudah seperti itu. Kalau gak migrasi, siap2 rakyat Indonesia tahan lihat muka gepeng siaran2 aspect ratio 4:3 ...

    Tahun 2010 ini Indovision bakal nayangin digital, bahkan akan mulai menghentikan jual langganan analog (yang didigitalkan). Kalaupun udah keluar, saya yakin kalau kualitas suara dan gambar akan lebih bagus.

    ReplyDelete
  2. Mas anonymous, makasih atas komentarnya ya

    ReplyDelete
  3. bagaimana pun itu untuk menuju yang lebik baik pasti ada trial dan Error kita banyak2 belajar dari negara yang udah nerapin DVB-T

    ReplyDelete
  4. sama hal nya telekomunikasi terdahulunya kan juga kurang di terima dan tidak berkenan, karena ini teknologi bru bagi kita, tidak salahnya di test dan lama kelamaan akan terbiasa juga,toh sekarang teknologi yang dulu kurang berkenan bagi kita sekarang malah menjamur di negara kita, setidaknya beri kesempatan pemerintah untuk melakukan suatu riset, karena semua tv analog tidak harus rombak total ke digital kan sudah ada alat untuk mensinkronkannya, sama halnya dengan teknologi yang lainnya

    ReplyDelete
  5. @mas eko bayu dan aan : terima kasih atas komentarnya. Rencananya, april 2012 ini akan dimulai tender untuk pengerjaan perusahaan multiplexing.

    ReplyDelete