Tuesday, December 21, 2010

SBY: TV Digital Bikin Kumis Pakde Karwo Makin Kinclong

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tampil santai saat meresmikan pemancar digital milik LPP TVRI. SBY bahkan sempat beberapa kali melontarkan candaan soal kumis dan Timnas Indonesia di ajang Piala AFF.
sbytvri285i Candaan tersebut dilontarkan SBY dalam video conference dengan Gubernur Jawa Timur, Sukarwo.
"Kumis Pakde Karwo jadi lebih terang gara-gara TV digital," canda SBY yang melakukan video conference dari Auditorium TVRI di Senayan, Jakarta, Selasa (21/12/2010).
Yang diajak bercanda pun tak mau kalah. "Dengan kumis ini justru bisa menimbulkan kemesraan dan menghilangkan kemiskinan," kata dia yang disambut gelak tawa para hadirin.
Sukarwo di sela video conference mengajak SBY berdoa agar Timnas bisa menang saat menghadapi partai tandang di Stadion Bukit Jalil, Malaysia, 26 Desember mendatang.
"Mari kita berikan doa restu untuk Timnas. Kalau Timnas kita menang, patut kita syukuri. Tapi kalau Timnas Malaysia kalah, juga kita syukuri," canda presiden yang diikuti gelak tawa para hadirin di acara peresmian tersebut.

Technorati Tags: ,,,

Friday, December 17, 2010

3 Pertanyaan Penting Sebelum Membeli TV 3D

Bioskop di Indonesia, terutama di kota-kota besar, telah rutin menayangkan film tiga dimensi (3D) untuk memanjakan penonton dan meningkatkan pendapatan.
Pengalaman menyaksikan film 3D memang berbeda dari menonton film format standar (2D). Bukan hal tidak mungkin untuk menghadirkan pengalaman itu di rumah sendiri.
Tentunya, untuk itu dibutuhkan pesawat televisi dengan kemampuan 3D. Beberapa produsen elektronik terkemuka pun sudah menyiapkan produk unggulannya.
Sebelum memutuskan akan membeli atau tidak, berikut adalah tiga pertanyaan yang penting untuk dijawab calon konsumen TV 3D, seperti dikutip dari Wired, Rabu (1/12/2010).

nonton3d 1. Apakah Ruangannya Cukup?

Jika mau mendapatkan pengalaman 3D yang 'serius', pengguna harus memilih TV dengan layar besar. Idealnya, ukuran layar minimal adalah 42 inchi.
TV sebesar itu tentunya butuh ruangan yang besar pula. Belum lagi, jarak menyaksikannya juga harus optimal.
Panduannya, untuk tayangan dengan resolusi 1080p, kalikan diagonal layar dengan 1.56. Artinya, untuk layar 42 inchi, dibutuhkan jarak tonton sekitar 1,7 meter atau 170 cm.
Sedangkan untuk film 720p, kalikan diagonal layar dengan 2.3. Sehingga, untuk layar 42 inchi, jarak tontonnya paling tidak adalah 2,4 meter.

2. Apakah Uangnya Cukup?

Hal yang pertama harus diketahui, film 3D pada layar LCD kadang memaksa resolusi film harus rendah. Selain itu, jika resolusinya dipaksakan pada High Definition, kualitas gambarnya justru bisa turun.
Untuk mendapatkan pengalaman yang maksimal, TV 3D sebaiknya menggunakan teknologi plasma. Dengan ukuran layar setidaknya 42 inchi, bisa dibayangkan berapa harganya!
Film 3D pun bisa jadi akan memiliki harga lebih mahal dari film non-3D. Apalagi, untuk mendapatkan ke

Technorati Tags: ,

puasan tinggi, format idealnya adalah Blu-ray.
Jika TV 3D yang digunakan masih membutuhkan kacamata, calon pembeli perlu mempertimbangkan juga biaya kacamatanya. Kalikan dengan jumlah penonton di rumah (ayah, ibu, anak dan mungkin beberapa kerabat yang kerap mampir?).

3. Apakah Pilihan Konten 3D yang Ada Sudah Cukup?

Di Indonesia, harapan untuk konten 3D agaknya hanya berasal dari film Blu-ray atau format digital lainnya. Sedangkan siaran televisi 3D nampaknya masih jauh.
Jangankan siaran televisi 3D, beberapa penyedia TV berlangganan saja seperti masih ogah-ogahan untuk menyediakan layanan dengan format High Definition.
Jika Anda bisa menjawab positif pada ketiga pertanyaan di atas, silahkan hubungi toko atau produsen elektronik kegemaran untuk membeli TV 3D. Jika tidak, untuk saat ini nikmati saja tayangan 3D di bioskop. Toh hampir setiap bulan ada film 3D baru yang dirilis

Saturday, November 6, 2010

Jangkau Pulau Terluar, TVRI Operasikan 12 Stasiun Transmisi

Stasiun Televisi Republik Indonesia (TVRI) resmi mengoperasikan 12 dari 30 stasiun transmisi penyiaran yang tersebar di seluruh Indonesia. Keduabelas stasiun transmisi itu akan menyebarluaskan penyiaran lembaga penyiaran publik pelat merah itu ke wilayah perbatasan dan pulau terluar wilayah Indonesia.

Peresmian pengoperasian stasiun transmisi TVRI itu dilakukan simbolis di kantor Stasiun TVRI Kalimantan Timur oleh Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring, Jl Ery Suparjan,Samarinda, Kalimantan Timur, Sabtu (6/11/2010).

Menurut Dirut Lembaga Penyiaran Publik (LPP) TVRI Imma Sunarya, pengoperasian 12
stasiun transmisi yang berada di Nunukan, Malinau, Samarinda, Balikpapan di Kaltim dan
juga di Papua, Sumatera Selatan, Nusa Tenggara Timur serta Maluku itu merupakan bantuan pemerintah melalui program ITTS (Improvement on Television Transmitting Station).

"Totalnya ada 30 Stasiun Transmisi di daerah perbatasan dan pulau terdepan.Sementara
baru 12 yang kita operasikan," kata Imma.

Dijelaskan Imma, LPP TVRI memasang target menjangkau kedua wilayah itu agar bisa
melihat dan mengetahui Indonesia melalui penyiaran TVRI.Saat ini,sambung Imma,TVRI
memiliki 376 satuan transmisi penyiaran di Indonesia,dimana 70 unit diantaranya juga
telah direhab melalui pendanaan internal TVRI.

"Kita rehab karena kualitas dari ratusan stasiun transmisi itu umumnya mengalami
penurunan daya jangkau siaran.Semisal awalnya 1.000 Watt menjadi 100 Watt," ujar
Imma.

Selain di wilayah perbatasan dan pulau terluar Indonesia, sejumlah kota-kota besar
seperti Palembang,Semarang,Yogyakarta,Makassar,Bali,Menado,Jayapura,Jakarta,Surabaya,Bengkulu, juga akan diperkuat daya jangkau siarannya.

"Di kota-kota besar juga diperkuat karena populasinya besar," tambah Imma.

Dijelaskannya pula, pada tahun 2012, TVRI menargetkan akan menjangkau 82 persen populasi penduduk Indonesia.

"Di tahun yang sama,70 persen daratan wilayah Indonesia,akan dijangkau siaran TVRI," ucapnya.

Sementara itu Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring menuturkan,di tengah persaingan siaran televisi swasta di Indonesia,TVRI tetap harus berfungsi sebagai penyeimbang informasi dan sajian konten-konten yang dihadirkan televisi swasta. "TVRI jangan pedulikan rating," ujar Tifatul.

Friday, October 22, 2010

'Sulit Satukan Telekomunikasi dan Penyiaran'

UU Konvergensi bisa saja disahkan pada 2011. Namun undang-undang yang masih
berupa rancangan itu punya tantangan cukup berat, karena tak mudah menyatukan
regulasi telekomunikasi dan penyiaran.

"Hal yang paling sulit adalah menyatukan industri telekomunikasi yang higly
regulated dan interdependensinya tinggi, dengan penyiaran yang less regulated dan tidak ada interdependensi antar player, juga dengan ICT sector yang self regulated," demikian pendapat Wakil Sekjen Mastel, Teguh Anantawikrama.
Menurut dia, hal itu menjadi isu utama yang perlu dibahas tuntas dalam RUU
Konvergensi. Isu lainnya yang juga mulai jadi riak dalam uji publik kali ini adalah soal pungutan BHP (biaya hak penggunaan) konten multimedia.

"Mengenai BHP, harusnya prinsip yang diusung pemerintah adalah membesarkan dulu the whole industry baru menikmati hasilnya kelak melalui penerimaan pajak," kata Teguh coba memberikan pandangan lain.

Monday, October 4, 2010

Toshiba Siap Pasarkan Televisi 3D Bebas Kacamata

Sebuah terobosan baru dalam teknologi televisi 3 dimensi (3D) coba diciptakan Toshiba. Mereka akan segera memasarkan televisi 3D yang bisa dinikmati tayangannya tanpa bantuan kacamata.
Toshiba mengklaim inovasinya ini jadi televisi 3D bebas kacamata pertama di dunia yang siap dipasarkan. Cukup sahih memang, karena televisi 3D yang dijual saat ini masih butuh kacamata khusus. Sedangkan teknologi televisi 3D bebas kacamata oleh vendor lain sedang dalam tahap pengembangan.
image Dikutip dari Wall Street Journal, Senin (4/10/2010), Toshiba bakal memasarkan televisi tersebut dalam pilihan ukuran 12 inch (12GL1) dan 20 inch (20GL1). Konsumen di Jepang mulai bisa membelinya pada Desember 2010.
Sayangnya tidak ada keterangan apakah televisi canggih ini bakal dipasarkan secara global. Harganya sendiri masih terbilang mahal, mulai USD 1.430 atau sekitar Rp 12,7 juta.
"Dalam soal harga atau ukuran layar, memang produk ini belum memuaskan. Namun jika Anda melihat akan seperti apa teknologi 3D nantinya, arahnya memang akan menuju tanpa bantuan kacamata," ucap Masaaki Oosumi, Kepala Divisi Produk Digital Toshiba.
Dengan pemasaran televisi 3D tanpa kacamata, Toshiba ingin memimpin peralihan teknologi televisi 3D. Produk terobosan tersebut dipamerkan dalam perhelatan Combined Exhibition of Advanced Technologies di Tokyo.
Dalam acara yang sama, Toshiba memamerkan pula televisi 3D bebas kacamata dalam ukuran 56 inch. Hanya saja untuk versi layar besar ini, belum dapat disebut kapan akan dipasarkan pada konsumen

Friday, September 24, 2010

Bandwidth HDTV-VoD First Media 320 Mbps

First Media, penyedia akses broadband kabel untuk internet dan siaran TV berbayar, akan mengalokasikan bandwidth sebesar 320 Mbps untuk menghadirkan layanan high definition (HDTV) dan video on demand (VoD).

Layanan HDTV direncanakan hadir secara komersial akhir 2010 nanti seusai uji coba terhadap pelanggan prioritas First Media rampung dalam 2-3 bulan ini.

Begitu pun dengan VoD. Konten siaran yang bisa ditonton kapan saja itu, sejatinya menurut Marcelus Ardiwinata, Deputy Director Strategic Business Development First Media, juga sudah siap secara sistem Desember tahun ini.

"Kami masih menunggu kesiapan konten lokal. Karena ini momentum agar tak cuma konten asing saja yang tersedia di akses video on demand," jelasnya kepada detikINET di Balai Kartini, Jakarta, Jumat (24/9/2010)

Untuk menyediakan kualitas gambar yang baik, lanjut dia, dibutuhkan bandwidth dedicated 12 Mbps untuk untuk HDTV dan 8 Mbps khusus VoD. Jumlah bandwidth tersebut diklaim mampu dipenuhi oleh perusahaan yang bernaung dalam grup Lippo ini.

"Setiap area kami memiliki delapan kanal dengan kapasitas masing-masing kanal 40 Mbps. Sehingga total bandwidth yang kami sediakan ada 320 Mbps. Cukup besar untuk melayani HDTV dan VoD," jelas Marcel.

Meski secara sistem sudah siap, namun First Media mengaku tak mau ambil risiko untuk buru-buru meluncurkannya secara komersial hingga hasil uji coba dinilai memuaskan.

"Sudah sejak sebulan lalu HDTV kami tes stabil. Tapi baru 300-500 yang trial dari 5000 target pelanggan prioritas kami. Mungkin akhir 2010 sudah bisa diluncurkan. Namun kalaupun agak mundur, di Q1-Q2 paling lambat sudah jalan," tandas Hengkie Liwanto, Presdir First Media.

HDTV First Media Komersial akhir 2010

First Media, penyedia akses TV kabel berbayar, akan menghadirkan siaran berbasis high definition (HDTV) mulai akhir 2010 ini seusai merampungkan uji coba (trial) kepada 5.000 pelanggan prioritas.

"Sejak bulan lalu kami baru menawarkan trial ke sekitar 300-500 pelanggan. Begitu trial selesai dalam 2-3 bulan, kami akan mulai komersialisasi, akhir tahun ini," kata Presiden Direktur First Media, Hengkie Liwanto di Balai Kartini, Jakarta, Jumat (24/9/2010).

Dalam uji coba HDTV ini, First Media menggandeng penyedia konten ESPN dan HBO. Namun dalam beberapa bulan ke depan, sebelum peluncuran, jumlah penyedia konten akan ditambah menjadi 12 channel.

Menurut Presiden Komisaris PT First Media Peter F Gontha, dalam jangka waktu tiga tahun ke depan, layanan channel televisi yang menggunakan HD dari First Media bisa mencapai seratus channel.

"Dalam waktu empat bulan kami akan menghadirkan 12 channel HD, dan seratus channel dalam tiga tahun. Untuk mencapai 200 channel, maka kami butuh tambahan peralatan lagi. Tapi itu sudah jadi target kami," jelasnya.

Menurut Peter, dengan penggunaan TV digital, maka banyak hal yang dapat dilakukan, seperti kompresi dan channel yang lebih banyak dengan biaya operasional yang lebih murah.

Ia menuturkan masyarakat pun menginginkan TV digital, sehingga layanan yang standar definition pun dapat masuk ke layanan dengan standar tinggi HDTV.

Sementara Chief Executive Officer HBO Asia, Jonathan Spink, mengaku siap menyediakan konten-konten berkualitas untuk tayangan home box office HDTV dan Video on Demand di Indonesia.

"Indonesia pasar penikmat hiburan yang sangat besar. Saya yakin dalam 5-10 tahun mendatang, semua orang di Indonesia akan menikmati kualitas siaran HDTV,"

Monday, September 13, 2010

Intel Pamerkan Cikal Bakal Google TV

Hari lahirnya Google TV sepertinya tinggal menunggu waktu. Partner resmi Google, yakni Intel bahkan telah mendemokan bagaimana kira-kira Google TV itu akan berjalan.

CEO Intel Paul Otellini ditemani Tech Marketing Manager Intel Art Webb memamerkan platform layanan yang disebut-sebut sebagai televisi pintar (Smart TV) itu dalam gelaran Intel D
eveloper Forum (IDF) 2010 yang dihelat di San Fransisco, Amerika Serikat.

Dalam demo tersebut, terlihat bahwa layanan televisi masa depan ini dapat berjalan dengan mulus ketika berganti channel dari TV menjadi akses internet. Bahkan, dalam satu layar bisa ditampilkan dua display sekaligus (internet dan TV).

Webb mengatakan, layanan TV pintar ini sudah layaknya seperti akses internet pada umumnya. Anda bisa mencari suatu informasi dalam mesin pencari Google, serta dapat berbagi game via Facebook dan situs lainnya.
"Arsitektur yang telah dikembangkan Intel jadi mempermudah hal ini berjalan," umbarnya, dikutip detikINET dari ZdNet, Selasa (14/9/2010).

Google TV merupakan upaya Google menghadirkan situs web ke layar televisi. Layanan ini akan mulai disediakan oleh Google sebelum Desember 2010 di Amerika Serikat. Sedangkan untuk negara lain, Google menjanjikannya di 2011.

CEO Google Eric Schmidt sebelumnya menyatakan bahwa layanan ini akan tersedia secara gratis. Google pun akan bekerjasama dengan beragam penyedia program dan produsen perangkat elektronik untuk Google TV.

"Kami akan bekerjasama dengan penyedia konten, tapi hampir tak mungkin kami akan melakukan produksi konten sendiri," tutur Schmidt dalam pidatonya di rangkaian pameran Internationale Funkausstellung Berlin (IFA Berlin) beberapa waktu lalu.

Beberapa nama besar disebut-sebut sudah siap ataupun tertarik untuk bekerjasama dengan Google. Ini termasuk Sony, Logitech dan juga ada minat dari Samsung.Hari lahirnya Google TV sepertinya tinggal menunggu waktu. Partner resmi Google, yakni Intel bahkan telah mendemokan bagaimana kira-kira Google TV itu akan berjalan.

CEO Intel Paul Otellini ditemani Tech Marketing Manager Intel Art Webb memamerkan platform layanan yang disebut-sebut sebagai televisi pintar (Smart TV) itu dalam gelaran Intel Developer Forum (IDF) 2010 yang dihelat di San Fransisco, Amerika Serikat.

Dalam demo tersebut, terlihat bahwa layanan televisi masa depan ini dapat berjalan dengan mulus ketika berganti channel dari TV menjadi akses internet. Bahkan, dalam satu layar bisa ditampilkan dua display sekaligus (internet dan TV).

Webb mengatakan, layanan TV pintar ini sudah layaknya seperti akses internet pada umumnya. Anda bisa mencari suatu informasi dalam mesin pencari Google, serta dapat berbagi game via Facebook dan situs lainnya.

"Arsitektur yang telah dikembangkan Intel jadi mempermudah hal ini berjalan," umbarnya, Selasa (14/9/2010).

Google TV merupakan upaya Google menghadirkan situs web ke layar televisi. Layanan ini akan mulai disediakan oleh Google sebelum Desember 2010 di Amerika Serikat. Sedangkan untuk negara lain, Google menjanjikannya di 2011.

CEO Google Eric Schmidt sebelumnya menyatakan bahwa layanan ini akan tersedia secara gratis. Google pun akan bekerjasama dengan beragam penyedia program dan produsen perangkat elektronik untuk Google TV.

"Kami akan bekerjasama dengan penyedia konten, tapi hampir tak mungkin kami akan melakukan produksi konten sendiri," tutur Schmidt dalam pidatonya di rangkaian pameran Internationale Funkausstellung Berlin (IFA Berlin) beberapa waktu lalu.

Beberapa nama besar disebut-sebut sudah siap ataupun tertarik untuk bekerjasama dengan Google. Ini termasuk Sony, Logitech dan juga ada minat dari Samsung.

Tuesday, July 27, 2010

TelkomVision Siapkan IPTV

telkomvision logo Televisi berbayar TelkomVision akan meluncurkan layanan televisi baru berbasis broadband IPTV Agustus mendatang. Layanan baru itu merupakan salah satu rencana strategis anak perusahaan Grup Telkom itu dalam memperluas pasar di industri televisi berbayar.
Sebelumnya, TelkomVision dikenal melalui layanan televisi berbayar YesTV. Hal itu diungkapkan Direktur Utama PT. Indonusa Telemedia, payung perusahaan televisi
tersebut, Elvizar KH, dalam konferensi persnya di Jakarta, kemarin.
”Kami akan hadirkan dalam dua paket, yaitu paket premium dan paket bundling dengan speedy dan telepon rumah,” ujarnya.
Direktur TI dan Konten Aris Hartoni mengungkapkan IPTV menghadirkan fitur yang berbeda dengan YesTV. Televisi berbasis internet itu memungkinkan interaksi penggunanya dalam penggunaan layanan lewat sejumlah fitur. Fitur-fitur itu seperti video on demand dan time shift untuk memutar kembali tayangan yang terlewat beberapa menit.

Sunday, April 11, 2010

AORA TV, 50 Channels Ready

Aora TV adalah stasiun televisi satelit berlangganan di Indonesia yang dioperasikan oleh PT Karya Megah Adijaya milik Rini M. Soemarno dan Ongki M. Soemarno.
clip_image002Aora TV diluncurkan pada tanggal 7 Agustus 2008 di Jakarta. Produk pertama yang ditawarkan adalah paket perdana terbatas Olimpiade Beijing 2008, yang terdiri dari 10 kanal, 3 lokal dan 7 internasional. 4 kanal nya dikhususkan untuk siaran siaran Olimpiade non-stop.
Paket yang ditawarkan setelah Aora TV berhasil memperoleh hak siar Liga Utama Inggris di Indonesia untuk musim 2008-2009 yang semula dimiliki oleh Astro Nusantara adalah Paket Liga Inggris. Pecahnya kerjasama Astro All Asia Networks plc dan PT First Media Tbk (bagian dari Grup Lippo) dalam PT Direct Vision, operator Astro Nusantara, dimanfaatkan oleh Aora TV untuk mendapatkan lisensi penyelenggaraan siaran Liga Inggris di Indonesia.

Pada 16 April 2009, Aora TV mengganti saluran Goal TV 1, Goal TV 2, SCTV, History Channel, dan Crime & Investigation dengan saluran-saluran baru seperti Star Movies, Star World, Eurosport, National Geographic Adventure, dan National Geographic Wild. Aora TV juga melakukan penomoran saluran baru dengan 3 digit. Aora TV juga mengungkapkan rencananya untuk melakukan penambahan saluran-saluran lain yang akan diusahakan sebelum tahun 2009 berakhir.
Pertengahan tahun 2009, AORA TV memindahkan kantor Head-Endnya dari Gedung City Plaza lantai 10 ke Kawasan Jababeka di Cikarang sekaligus menyiapkan infrastructure system HeadEndnya agar bisa menyiarkan 50 channel sekaligus. Perusahaan yang bertindak sebagai penyedia peralatan dan system integrator untuk proyek tersebut adalah PT. Mitrabiz Andalan Solusi (MAS). Untuk terminal equipment, AORA mayoritas menggunakan produk dari ADC, sedangkan QC stationnya menggunakan produk dari Videotek. Untuk menerima downlink dari beberapa satelit yang merupakan mitra dari AORA digunakan beberapa parabola receiver dan untuk memisahkan masing-masing channel agar bisa dimonitoring, digunakan produk dari Scientic Atlanta dan Miranda. Produk dari Miranda banyak digunakan di system ini, karena selain sebagai converter dari analog ke digital, juga sebagai VDA/DDA, SDI router dan juga monitoring dengan Kaleido-Xnya. Untuk input logo, dalam hal ini logo AORA ataupun slide, maka digunakan produk dari Avenue, sedangkan untuk kebutuhan encoding, multiplexing, modulasi digunakan produk dari Tandberg. Dan yang terakhir, untuk uplink parabola digunakan produk dari Globesat 4,5 m. Uplink parabola yang digunakan sebanyak 2 buah sebagai main-backup. Selain sebagai main-back-up, kedua parabola tersebut dibutuhkan apabila akan melakukan penggantian satelit. Ketika akan terjadi penggantian satelit, kedua parabola tersebut wajib aktif, yang satu mengarah ke satelit lama, dan yang satunya mengarah ke satelit baru, istilah teknisnya “dual illumination”.

Monday, February 15, 2010

TV Teresterial Akan Mati Paling Cepat 10 Tahun Lagi

Kalo melihat tanggalan di komputer, sebenarnya ini adalah postingan yang kedua di bulan Februari. Tapi ternyata Mr. Blogger perhitungannya lain, jadilah ini postingan yang pertama bulan februari, sekaligus merupakan ralat dari postingan sebelumnya yang menyatakan sebagai postingan pertama bulan Februari.
Postingan kali ini diambil dari Notes teman saya di facebook, karena isi notesnya berhubungan dengan topik teknik penyiaran, saya pikir gak ada salahnya untuk dishare disini, sebagai selingan aja. Tidak ada maksud apapun dari postingan kali ini, hanya sebagai seru-seruan aja, biar gak terlalu serius.

Mengikuti rapat-rapat produksi program di televisi tempat saya bekerja biasanya membosankan, tapi kemarin malam agak berbeda. Rapat yang dimulai nyaris jam 20.00 WIB itu memang membuat saya kehilangan semangat awalnya. Seperti biasa saya memilih menjadi penonton, sampai sang pimpinan rapat alias bos besar, alias Chairul Tanjung mengatakan hal yang membuat saya terpaksa terbelalak lagi.
TV teresterial akan mati paling cepat 10 tahun lagi atau paling lambat 20 tahun lagi!
Pandangan yang menarik!

Sunday, January 31, 2010

Siaran Peluncuran Uji Coba Siaran TV Digital yang Amburadul

Untuk Postingan pertama di bulan februari ini, alangkah baiknya jika kita rehat sejenak dari hal-hal yang bersifat teknis. Postingan kali ini akan memuat tulisan dari Mas Ade Armando yang diposting di milis Naratama TV, tulisan ini sengaja di posting di blog ini sebagai bahan perenungan saja, apakah kita sebenarnya sudah siap dengan teknologi TV Digital atau baru hanya sebatas wacana saja dan seberapa besar kepentingan bisnis yang bermain di dalamnya.
Berikut kutipan dari email Mas Ade Armando di milis NaratamaTV selengkapnya :

Belakangan ini, komunitas penyiaran, pemerintah, DPR suka sekali bicara soal migrasi sistem pertelevisian kita ke sistem digital.
Mau tahu seberapa siap kita dengan televisi digital?
Siaran peluncuran uji coba siaran televisi digital di Bandung melalui TVRI (29/01/2010) bisa dijadikan indikator bagus:
1. Siarannya merupakan siaran tunda di menjelang tengah malam. Ini menunjukkan bahwa bahkan bagi TVRI pun ini bukan informasi penting. Para petinggi tv swasta juga datang, tapi acara ini tak disiarkan melalui stasiun televisi mereka.
2. Kualitas gambarnya buruk: di rumahku, gambarnya berbayang.
3. Kualitas suaranya buruk. Kadang suara pembicara di segmen talk-show hilang tak terdengar, begitu juga suara penyanyi, pemusik.
4. Ada microphone mati.
5. Saat penayangan presentasi video tentang tv digital, suaranya terputus-putus.
6. Tak ada penjelasan yang cukup jelas tentang apa itu televisi digital. Menteri Kominfo memberikan pengandaian yang membingungkan. Kalau tidak salah, ia mengandaikan televisi analog itu sebagai anak yang lahir, kemudian menjadi bayi, menjadi, anak, menjadi remaja dan seterusnya; sementara televisi digital itu adalah anak yang lahir dan tiba-tiba besar. Maksudnya apa? (FYI: Sang menteri kelihatan sama sekali tak siap).
7. Para narasumber sama sekali tak bisa membantu menjelaskan. Seorang di antara mereka malah bicara tentang harga set-top box yang mencapai Rp 300 ribuan untuk melengkapi pesawat televisi yang dimiliki warga untuk bisa menangkap siaran digital. Yang nggak dibilang, saat ini siaran digital yang bisa ditangkap hanya yang bersifat uji coba.
8. Narasumber yang lain bilang, menurut penelitian, mayoritas warga kota antusias dengan siaran televisi digital. Survei mana pula yang bilang begitu?
9. Rekaman penjelasan nara sumber dari KPI Jabar yang cenderung lebih kritis dari yang lain serta mengingatkan tentang kemungkinan- kemungkinan negatif, tiba-tiba saja diedit dan menghilang dari tayangan
10.

Wednesday, January 13, 2010

Migrasi dari Analog ke Digital (Lanjutan)

Setelah sebelumnya membahas tentang proses dan rencana migrasi dari analog ke digital yang dilakukan oleh beberapa negara di belahan dunia. Pada postingan kali ini akan dibahas mengenai “alasan pemerintah memilih standar DVB-T sebagi standar penyiaran TV digital di Indonesia”.

Dari hasil ujicoba yang dilakukan sejak pertengahan tahun 2006 dapat dibuktikan bahwa teknologi DVB-T mampu me-multiplex-an beberapa program sekaligus. Enam program siaran dapat “dimasukkan” secara serentak ke dalam satu kanal TV berlebar pita 8 MHz, dengan kualitas cukup baik. di samping itu penambahan varian DVB-H (handheld) mampu menyediakan tambahan hingga enam program siaran lagi, khususnya untuk penerimaan bergerak (mobile) dan sangat memungkinkan bagi penambahan siaran-siaran TV baru. (sekedar informasi, perusahaan multiplexing yang akan menjadi provider untuk siaran TV digital sampai tulisan ini dibuat belum terbentuk dan masih menjadi rebutan beberapa perusahaan besar, baik yang bergerak di bidang televisi, telekomunikasi dan lainnya).


Akhirnya, setelah melalui serangkaian telaah ilmiah, konsultasi publik dan ujicoba tersebut di atas, pemerintah mengambil keputusan untuk menggunakan standar penyiaran digital seperti yang digunakan di kawasan eropa.(kembali, pemerintah tidak mencoba untuk membuat standar penyiaran televisi digital sendiri yang sesuai dengan karakteristik bangsa yang heterogen dengan cakupan wilayah yang sangat besar). Dalam Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika No. 07/P/M.KOMINPO/3/2007, yang ditandatangani Menkominfo Sofyan Djalil, pada 21 Maret 2007, tentang Standar Penyiaran Digital Terestrial untuk Televisi Tidak Bergerak di Indonesia, disebutkan bahwa pemerintah menetapkan DVB-T (Digital Video Broadcasting-Terrestrial) sebagai standar penyiaran TV digital untuk pengguna tidak bergerak di Indonesia.

No

Standar

Codec

Bandwidth Modulasi Pilihan Modulasi
1 ATSC-T MPEG2(V), Dolby AC3 (A) 6/7/8 MHz 8-VSB 8-VSB
2 DVB-T MPEG2(V), MPEG2 BC(A) 6/7/8 MHz C-OFDM QPSK/16QAM/64QAM
3 ISDB-T MPEG2(V), MPEG2 ACC (A) 6/7/8 MHz BST-OFDM DQPSK/QPSK/16QAM/64QAM
4 T-DMB MPEG4 1.536 MHz OFDM  
5 DMB-T MPEG2 6/7/8 MHz TDS-OFDM  

Monday, January 11, 2010

Migrasi dari Analog ke Digital

migrasi Setelah sebelumnya membahas tentang beberapa standar teknologi penyiaran TV Digital di dunia, maka kali ini kita akan mempelajari tentang migrasi dari analog ke digital, apa saja yang harus dilakukan dan bagaimana prosesnya.

Di Eropa, Amerika dan Jepang, migrasi ke sistem penyiaran TV digital sudah dimulai sejak beberapa tahun yang lalu. Di Jerman, proyek ini telah dimulai sejak 2003 di kota Berlin dan 2005 di Munich. Pada akhir 2005 di Inggris telah dilakukan percobaan untuk mematikan beberapa penyiaran TV analog. pada 2010 (sekarang ini) Perancis juga akan menerapkan hal yang sama. Hal ini dikakukan untuk memastikan bahwa penghentian total sistem analog bisa dilakukan pada tahun 2012 (note, di indonesia, rencana tentang penghentian total siaran analog akan dilakukan pada 2018).

Di Amerika Serikat, Kongres bahkan telah memberikan mandat penghentian penyiaran TV analog secara total (switch off) pada tahun 2009. Jepang melakukan hal serupa (2011), sementara negara-negara lain di kawasan asia juga akan mengikuti migrasi total dari sistem analog ke sistem digital. Di Singapura, TV Digital telah diluncurkan sejak agustus 2004. Di Malaysia pembangunan penyiaran TV digital juga telah dirintis sejak tahun 1998.

Bagaimana dengan Indonesia yang berpenduduk banyak dengan beragam kebudayaan yang tentunya sangat membutuhkan variasi program-program siaran TV? Migrasi atau peralihan dari sistem penyiaran TV analog ke TV digital merupakan hal yang tidak bisa dihindari. Langkah pembuka menuju penyiaran TV digital sebenarnya sudah dimulai sejak 1997 dalam format TV digital satelit.

Sejak tahun 2004 di bawah koordinasi Tim Nasional Migrasi Televisi dan radio dari analog ke digital, telah dilakukan sejumlah kajian terhadap implementasi penyiaran TV digital. Serangkaian diskusi, seminar dan lokakarya yang melibatkan tenaga ahli di bidang penyiaran TV digital dari beberapa penjuru dunia telah dilakukan. Bahkan ujicoba siaran TV digital telah dilakukan sejak pertengahan tahun 2006 dengan menggunakan kanal 34 UHF untuk standar DVB-T dan kanal 27 UHF untuk standar T-DMB.

Pada postingan berikutnya akan dibahas “alasan pemerintah memilih standar DVB-T sebagai standar penyiaran TV Digital di Indonesia”.

Wednesday, January 6, 2010

Teknologi Penyiaran TV Digital (Bag. 3)

DMB Postingan kali ini merupakan kelanjutan dari postingan sebelumnya. Pada postingan sebelumnya dibahas tentang standar penyiaran TV digital ATSC, selanjutnya akan dibahas tentang DVB-T, ISDB-T, T-DMB dan DMB-T.

DVB-T diluncurkan pada september 1998 dan ISDB-T pada 1 desember 2003. Keduanya berbasis teknik  OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing) yang dikombinasikan dengan interleaving dan memiliki kelebihan dalam menjangkau TV yang bergerak, bahkan yang berada di mobil yang berjalan dengan kecepatan tinggi. (Note : OFDM dan interleaving pernah dibahas di topik sebelumnya).

DVB-T juga dapat diimplementasikan dalam mode SFN (Single Frequency Network) di mana suatu operator dapat memasang beberapa pemancar dengan frekuensi yang sama tersebar pada suatu area dengan tujuan memperluas dan memperbaiki kualitas cakupan tanpa perlu menambah frekuensi.

Sedangkan sistem ISDB-T menggunakan BST-OFDM (Band Segmented Transmission – OFDM) sebagai sistem transmisi. Satu Kanal TV selebar 6 MHz dibagi ke dalam 13 segmen yang masing-masing dimodulasi secara OFDM yang dilengkapi dengan time interleave yang membuat sistem ini lebih tahan menghadapi gangguan multipath, impulse noise dan fading sehingga sangat cocok sebagai aplikasi mobile reception.

sistem T-DMB yang dikembangkan di Korea Selatan merupakan modifikasi aplikasi sistem radio DAB (Digital Audio Broadcasting) pada band VHF (Very High Frequency) 6 MHz. DAB dipilih karena telah teruji keandalannya, disamping karena efisien dalam penggunaan frekuensi dan besaran bit-rate yang cukup untuk siaran TV digital. satu kanal VHF (6 MHz – di Korea Selatan) dibagi dalam tiga blok (A, B dan C). masing-masing blok dapat digunakan untuk satu program siaran TV bergerak DMB. Semula pada DAB di Eropa, satu kanal VHF (7 MHz) dibagi dalam empat blok (A, B, C dan D). sekarang sarana itu juga akan digunakan masing-masing untuk satu program TV bergerak DMB.

Standar yang dirilis paling akhir adalah DMB-T yang dikembangkan oleh Tsinghua University China yang merupakan modifikasi DVB-T. Keunggulan DMB-T terletak pada sistem OFDM yang dilengkapi sinkronisasi pada ranah waktu (TDS[Time Domain Synchronous] - OFDM). sinyal sinkronisasi tersebut dikirimkan secara terpisah dari sinyal TV dengan menggunakan teknologi spread spectrum sehingga memberikan ketahanan lebih tinggi bagi sinyal sinkronisasi terhadap derau dan interferensi sehingga proses deteksi OFDM yang membawa sinyal TV menjadi lebih baik pula.

Postingan berikutnya akan dibahas tentang “Migrasi Dari Analog Ke Digital”.

 

Monday, January 4, 2010

Slot Satelit Negara Harus Dikelola Perusahaan Indonesia

clip_image001

Pemerintah menilai pengelolaan slot satelit yang dikuasai negara, idealnya harus melalui perusahaan yang berbadan hukum di Indonesia.

"Ini masalah kejelasan pembayaran BHP (Biaya Hak Penggunaan) frekuensi dan pajak," ujar Sekjen Depkominfo, Basuki Yusuf Iskandar di gedung Depkominfo, Jakarta.

Penegasan ini terkait hilangnya nama satelit Indostar II--yang menggunakan slot Indonesia--setelah dibeli oleh perusahaan asing SES World Skies dari Protostar.

Protostar merupakan mitra Media Citra Indostar (MCI)--selaku penyelenggara televisi berbayar Indovision--yang mengoperasikan Indostar II dalam bentuk kerjasama condo satelit (satu satelit mengisi beberapa slot). "Kami akan meminta klarifikasi dari MCI," kata Basuki.

Menurut dia, pengelolaan slot satelit dalam negeri oleh perusahaan asing, dalam waktu jangka pendek, tidak masalah. Asalkan, perusahaan itu harus berbadan hukum lokal dulu.

"Sebab, jika slot dibiarkan kosong, bisa kembali ditarik oleh ITU (International Telecommunication Union). Dilema ini harus dipahami, karena investasi untuk membangunnya mahal," jelasnya.

Pelaksana tugas Dirjen Postel ini juga mengatakan, untuk membereskan masalah pengelolaan satelit di Indonesia, pemerintah akan secepatnya menyelesaikan peraturan menteri terkait satelit. "Terutama masalah skema perjanjian condo satelit," pungkasnya.