DVB-T2 adalah sistem televisi digital terestrial (digital terestrial television ==> DTT) yang paling canggih di dunia, menawarkan lebih banyak ketahanan, fleksibilitas dan setidaknya 50% lebih efisien daripada sistem DTT lainnya. Mendukung SD (Standar Definition), HD (High Definition), UHD (Ultra High Definition), mobile TV , atau kombinasi dari semuanya. DVB-T adalah standar DTT yang paling banyak diadopsi dan digunakan. Sejak publikasi pada tahun 1997, lebih dari 70 negara telah menggunakan layanan DVB-T dan 45 negara lainnya telah mengadopsi (tetapi belum menggunakan) DVB-T.
Seperti pendahulunya, DVB-T2 menggunakan modulasi OFDM (orthogonal frequency division multiplex) dengan sejumlah besar sub-carier memberikan sinyal yang kuat, dan menawarkan berbagai mode yang berbeda, sehingga sangat fleksibel. DVB-T2 menggunakan coding error correction yang sama dengan yang digunakan dalam DVB-S2 dan DVB-C2: coding LDPC (Low Density Parity Check) yang dikombinasikan dengan coding BCH (Bose-Chaudhuri-Hocquengham), menawarkan sinyal yang sangat kuat. Jumlah carrier, menjaga ukuran interval, dan sinyal pilot dapat disesuaikan, sehingga overhead dapat dioptimalkan untuk setiap sasaran saluran transmisi.
Tambahan teknologi baru yang digunakan dalam DVB-T2 :
- Multiple Physical Layer Pipes : memungkinkan penyesuaian secara terpisah kekuatan setiap layanan yang disampaikan dalam setiap kanal untuk memenuhi kondisi penerimaan yang diperlukan (misalnya antena di pintu atau atap). Hal ini juga memungkinkan penerima untuk menghemat daya dengan hanya decodin ayanan tunggal dari seluruh layanan.
- Alamouti coding: adalah pemancar dengan menggunakan metode diversity untuk meningkatkan cakupan dalam jaringan frekuensi tunggal skala kecil.
- Constellation Rotation : memberikan kekuatan tambahan untuk konstelasi orde rendah.
- Extended interleaving termasuk interleaving bit, sel, time, dan frekuensi.
- Future Extension Frames (FEF), memungkinkan standar yang digunakan meningkatkan sinergi di masa depan.
- Extended interleaving termasuk interleaving bit, sel, time, dan frekuensi.
- Future Extension Frames (FEF), memungkinkan standar yang digunakan meningkatkan sinergi di masa depan.
Pada gambar di bawah adalah salah satu contoh konfigurasi pemancar digital,
terlihat ada 3 program yang berasal dari 3 MCR (master control room) yang menayangkan program yang berbeda. Misalnya, MCR 1 menayangkan program sport, MCR 2 program news, dan MCR 3 program drama. Sinyal keluaran audio video dari tiga MCR tersebut berbentuk SDI (Serial Digital Interface, sebuah standar yang digunakan untuk menyalurkan sinyal video digital yang murni [tidak dikompres dan tidak diacak] melalui sebuah kabel coaxial. Kelebihan lain dari standar ini adalah 4 kanal sinyal audio digital dan juga time code bisa dimasukkan ke dalamnya, sehingga cukup satu kabel saja untuk menyalurkan semua sinyal tersebut). Sinyal SDI dari ketiga MCR tersebut masuk ke bagian encoder (sebuah alat yang berfungsi untuk menyusun data/informasi menjadi simbol-simbol). Sinyal keluaran dari encoder berbentuk ASI (Asynchronous Serial Interface) dikirimkan ke multiplexer (sebuah alat yang berfungsi untuk menggabungkan beberapa sinyal untuk dijadikan satu grup agar bisa dikirim melalui satu saluran transport stream). Keluaran sinyal dari multiplexer masuk ke modulator (sebuah rangkaian yang berfungsi untuk menyisipkan pesan (informasi) ke dalam sinyal pembawa, yang pesan ini bisa disisipkan pada amplitudo, frekuensi, atau fasa sinyal pembawa). Sinyal keluaran dari modulator masuk ke bagian up converter (peralatan yang berfungsi untuk menggeser frekuensi sinyal dari satu frekuensi ke frekuensi lain yang lebih tinggi. Up converter terdiri dari osilator lokal, mixer dan filter). Sinyal keluaran dari up converter masuk ke bagian RF Amp (singkatan dari Radio Frequency Amplifier, suatu rangkaian elektronik yang berfungsi untuk memperkuat sinyal-sinyal yang memiliki frekuensi radio [300 KHz – 300 GHz]). Dari RF Amp sinyal masuk ke bagian filter (sebuah alat atau rangkaian elektronik yang berfungsi untu meredam, membuang atau memantulkan sinyal yang memiliki frekuensi-frekuensi tertentu dan meloloskan frekuensi-frekuensi yang lain. Dari bagian filter, sinyal masuk ke bagian antena pemancar untuk memancarkan sinyal ke antena penerima di rumah.Jika dilihat dari konfigurasi pemancar digital di atas, tidak terlalu banyak perbedaan yang ada jika dibandingkan dengan konfigurasi pemancar analog kecuali spesifikasi teknisnya yang harus disesuaikan dengan standar DVB-T2. Perbedaan yang paling mencolok antara pemancar analog dengan pemancar digital adalah jika dalam pemancar analog hanya bisa menyiarkan satu program dalam satu pemancar, maka dengan menggunakan pemancar digital bisa menyiarkan beberapa program sekaligus dalam satu set alat pemancar dengan menggunakan multiplexer.
Technorati Tags: RF Amp,Radio Frequency Amplifier,DVB-T2,Televisi Digital Terestrial,DTT,digital terestrial television,DVB-T,OFDM,Orthogonal Frequecy Division Multiplex,coding error correction,DVB-S2,DVB-C2,LDPC,Low Density Parity Check,BCH,Bose-Chaudhuri-Hocquengham,Mutiple Physical layer Pipes,Alamouti coding,Constellation Rotation,Extended Interleaving,Future Extension Frames,FEF
No comments:
Post a Comment