Wednesday, September 20, 2017

Speaker Monitor (Bagian 2)

Artikel berikut ini adalah kelanjutan dari artikel sebelumnya

Speaker MonitorUntuk penyetelan speaker monitor di tiap-tiap posisi biasanya berbeda antara satu dengan lainnya. Misalnya untuk speaker monitor gitar, sang gitaris tidak memerlukan suara gitarnya terlalu keras di speaker monitor gitar, akan tetapi membutuhkan suara yang keras untuk vokal, drum, bass dan keyboard. Begitu juga dengan sang penyanyi, dia tidak membutuhkan suara vokal yang keras di speaker monitor vokalnya, akan tetapi dia membutuhkan suara yang keras dari gitar, bass, keyboard dan drum. Hal itu berlaku untuk speaker monitor lainnya sehingga masing-masing speaker monitor harus disetel tersendiri sesuai dengan kebutuhannya.

Speaker monitor dirancang untuk memberikan respon frekuensi datar sehingga sinyal audio direproduksi dengan tepat. Desain monitor difokuskan untuk menghindari peningkatan artifisial bass, treble atau frekuensi lainnya dalam upaya untuk membuat speaker berbunyi 'baik' (sound good) dan untuk menghindari resonansi dari speaker dan kabinet. Sebagai sound engineer, kita perlu mendengar secara akurat apa yang dihasilkan dari hasil mixing, tanpa speaker menambahkan warna sendiri untuk suara. Hal ini dapat menyebabkan kesalahan mixing saat kita memperbaiki kesalahan speaker bersama dengan kesalahan hasil mixing. Pada umumnya speaker monitor memiliki amplifikasi yang terpasang secara built-in dan dikenal sebagai speaker monitor aktif. Beberapa speaker monitor tipenya pasif sehingga memerlukan amplifikasi eksternal agar bisa digunakan.

Ada beberapa hal yang harus diketahui ketika kita ingin membeli speaker monitor, yaitu :

  1. Frequency Response (respon frekuensi), kemampuan dari speaker monitor untuk mengeluarkan suara yang bisa didengar oleh telinga manusia normal. Rentang frekuensi yang bisa didengar oleh telinga manusia normal adalah antara 20 Hz – 20 KHz. Speaker monitor yang bisa menghasilkan suara dengan rentang antara 50 Hz - 18 KHz sudah cukup bagus.
  2. Coverage Directivity Angle (sudut jangkauan suara yang dicakup), tentunya kita berharap agar jangkauan suara yang dihasilkan oleh speaker monitor bisa didengar dari semua arah, akan tetapi jika hal itu terjadi maka potensi feedback audio akan sangat besar. Speaker monitor dengan sudut jangkauan 90° Horizontal dan 60° Vertikal sudah cukup bagus.
  3. Crossover Frequency, frekuensi crossover ada beberapa tipe, yaitu :

- 2 way crossover, yang memisahkan frekuensi low dan high saja

- 3 way crossover, memisahkan frekuensi low, mid dan high

- 4 way crossover, memisahkan frekuensi low, low mid, high mid dan high atau frekuensi sub, low, high dan super high.

Speaker monitor cukup menggunakan crossover frequency 2,5 KHz.

  1. Maximum output level, mengingat jarak antara speaker monitor dengan penggunanya tidak terlalu jauh, sekitaran set atau panggung saja tidak seperti PA speaker yang harus mampu menjangkau area yang lebih luas, maka level output maksimal dari speaker monitor cukup di antara 100 – 115 db, dengan jarak 1 meter dari sumbu speaker.
  2. Output power, cakupan area yang tidak terlalu besar mempengaruhi kebutuhan power yang digunakan, untuk speaker monitor maka output powernya diantara 40 – 80 watt untuk low frequency dan 27 – 50 watt untuk high frequency dengan THD (Total harmonic distorsion) 0,05%. THD adalah spesifikasi yang membandingan penguat sinyal output dengan penguat sinyal input dan mengukur tingkat perbedaan dalam frekuensi yang harmonis diantara keduanya.
  3. Speaker monitor dianjurkan memiliki nilai Sound Pressure Level (SPL) yang cukup besar sekitar 136 dB. SPL adalah ukuran logaritmik dari tekanan suara efektif dari suara relatif ke nilai referensi diukur dalam satuan dB.

No comments:

Post a Comment