New York - HTC mencoba keluar dari zona nyaman smartphone dengan menghadirkan camera action yang diberi nama HTC RE. Kamera mini penantang GoPro ini kalau dilihat sepintas mirip periskop kapal selam.
Meskipun bentuknya agak nyeleneh, kamera mini yang juga agak-agak mirip dengan inhaler asma ini punya spek yang tak kalah canggih. Kamera ini menawarkan kualitas gambar 16 MP dengan sensor CMOS 1/2.3 dan lensa 146° ultra wide angle.
Berhubung ini produk camera action, HTC RE tentunya juga didesain tahan air dan anti debu dengan sertifikasi IP57. Kamera mini perdana ini punya kemampuan untuk merekam video 1080p @30 fps dan 720p @120fps untuk video slow motion.
Di dalam fitur HTC RE, ada juga sensor grip yang bisa mengaktifkan kamera begitu kita memegangnya. Kemudahan ini harusnya membuat pengguna tak lagi khawatir melewatkan momen foto atau video hanya karena terlambat mengaktifkannya.
Dengan tenaga baterai 820 mAh, kamera mini ini juga bisa mengambil gambar ukuran 16MP sebanyak 1.200 foto atau merekam video selama 1 jam 40 menit dengan kualitas HD 1080p.
Spesifikasi lain yang ikut ditawarkan di antaranya memori internal 8GB dan slot kartu microSD yang bisa diekspansi hingga 128GB. Kamera ini juga bisa terkoneksi Wi-Fi 802.11 a/b/g/n dan Bluetooth 4.0.
Dua fitur yang terakhir dapat digunakan untuk menghubungkan HTC RE dengan smartphone sehingga memudahkan untuk berbagi dan sinkronisasi foto dan video. Kamera ini juga bisa terkoneksi dengan aplikasi HTC Zoe.
Layaknya camera action pada umumnya, HTC juga telah menyiapkan sejumlah aksesoris untuk HTC RE. Misalnya untuk penyangga charger, powerbank, tripod mini, klip-on, dan masih banyak aksesoris menarik lainnya.
Blog ini berisi segala sesuatu yang berhubungan dengan teknik penyiaran (broadcasting), event maupun project lainnya
Wednesday, October 8, 2014
HTC RE: Penantang GoPro yang Mirip Periskop Kapal Selam
Saturday, September 6, 2014
Kamera Televisi, Elemen dan Fitur (Bagian kedua)
Dilihat dari fungsi kamera di atas, maka kamera televisi bisa dibagi ke dalam 3 bagian, yaitu :
1. Lensa
2. Kepala kamera (camera head)
3. Viewfinder
1. Lensa
Lensa adalah benda tembus cahaya (transparan) yang dibatasi oleh dua buah bidang lengkung (sferik) atau sebuah bidang lengkung dan sebuah bidang lagi datar. Fungsi lensa adalah untuk mengumpulkan sinar yang dipantulkan oleh obyek sehingga membentuk bayangan optis pada permukaan CCD (charge-couple device). Lensa menentukan perspektif visual dari pemandangan yang dilihat oleh penonton.
Lensa tersusun atas 3 bagian:
a. Elemen-elemen optik, yang menghasilkan bayangan. Sebuah lensa terdiri dari sejumlah elemen-elemen optik yang ditempatkan dalam silinder metal. Elemen-elemen ini berupa kaca bulat dengan lapisan-lapisan khusus yang berfungsi untuk mengurangi refleksi sinar yang dipantulkan oleh obyek, memfokuskan bayangan pada permukaan CCD. Lensa terbagi dua, yaitu lensa cembung (convex lens) dan lensa cekung (concave lens).
b. Iris, yang bisa diubah-ubah untuk mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke dalam kamera. Iris adalah sejumlah lembaran metal tipis yang disusun sedemikian rupa sehingga bisa dibuka dan ditutup untuk mengatur jumlah sinar yang bisa masuk melalui lensa. Bila iris dibuka selebar mungkin, lensa mengirim sinar maksimum ke dalam kamera, dan kalau iris kita kurangi atau tutup, lubang diafragma akan menyempit, sehingga sedikit sinar yang masuk ke dalam kamera. Bukaan diafragma diukur dengan nomor f-stop dimulai dari f/1,4 sampai f/22.
Saturday, August 16, 2014
Kamera TV, Elemen dan Fitur
Postingan kali ini akan membahas tentang Kamera Televisi, dari teknik dasar sampai bagian dari kamera itu sendiri. Tulisan ini sebenarnya bukan tulisan saya yang baru, karena sebelumnya juga dimuat di Majalah Broadcastmagz Edisi 24 yang terbit bulan Desember 2013. cukup lama memang, sekitar 8 bulan yang lalu, mengingat belum banyak yang memiliki majalah broadcastmagz, maka tidak ada salahnya jika tulisan ini diposting di blog juga.
Seperti kita ketahui bersama, ada perbedaan mendasar antara siaran radio dengan siaran televisi, dimana dalam siaran radio kita hanya bisa menikmati suaranya saja, sedangkan dalam siaran televisi, selain menikmati suara (audio), kita juga bisa menikmati gambar (visual) secara bersamaan. Ada beberapa peralatan yang menjadi sumber visual, diantaranya adalah Laptop/PC (personal computer), DVD (digital versatile disc), CG (character generator), VTR (video tape recorder), dan yang akan kita bahas kali ini yaitu kamera.
Gambar-gambar yang kita saksikan pada layar pesawat televisi, baik yang disiarkan secara langsung maupun yang telah direkam sebelumnya, diantaranya adalah gambar yang telah dilihat oleh kamera televisi. Gambar-gambar tersebut ditentukan oleh apa yang bisa dilihat dan bagaimana cara kamera melihatnya.
Sunday, June 1, 2014
Review Microphone Shure
Review ini sebelumnya pernah dimuat di Majalah Broadcastmagz edisi 16 bulan Januari 2013, tidak ada salahnya jika diposting di blog hasil reviewnya.
1. FP25/VP68
1. FP25/VP68
Shure FP25/VP68 wireless handheld system (sistem genggam nirkabel) terdiri dari 3 unit terpisah yang digabungkan menjadi satu sistem. Ketiga unit tersebut adalah VP68 omnidirectional capsule microphone (microphone kapsul dengan polar pattern omnidirectional), FP2 handheld transmitter (alat pemancar sinyal yang bisa digenggam), dan FP5 portable diversity receiver (alat penerima sinyal yang mudah dibawa dan memiliki antenna dengan tipe diversity). Microphone kapsul omnidirectional VP68 merupakan solusi yang nyaman untuk syuting ENG (electronic news gathering) ataupun wawancara di lapangan. VP68 kompatibel dengan semua pemancar nirkabel genggam shure. Mic jenis ini membutuhkan jarak yang lumayan dekat dengan sumber suara (biasanya subyek wawancara) sehingga hanya ideal untuk tipe wawancara satu per satu. VP68 dapat menerima sinyal suara dengan jelas baik pada posisi on-axis maupun posisi off-axis. VP68 juga mampu menimimalkan efek proximity secara natural serta mempunyai kinerja yang sangat bagus ketika digunakan baik di dalam maupun di luar ruangan. Selain kelebihan di atas, karena sifat polar patternnya yang omnidirectional sehingga alat ini mampu menerima sinyal suara dengan baik dari berbagai arah, maka mic jenis ini tidak cocok jika digunakan untuk tempat yang tingkat kebisingannya sangat besar seperti di terminal, pasar, maupun tempat keramaian lainnya karena gangguan suara yang dihasilkan dari area sekitar mic akan masuk dan mengganggu tingkat kejernihan suara yang dihasilkan.
Pemancar sinyal genggam FP2 sangat cocok untuk disandingkan dengan semua microphone kapsul dari shure dan ideal untuk digunakan dengan sistem FP wireless dan sistem SLX wireless. Selain dengan VP68, pemancar sinyal genggam FP2 biasanya disandingkan dengan shure SM58. Untuk sinkronisasi sinyal antara pemancar dan penerima sinyal sangat mudah yaitu dengan menggunakan sinyal infra merah. Setting pemancar otomatis akan langsung sinkron antara pemancar dan penerima. FP2 juga memiliki indicator LED untuk mengontrol lock out, IR/RF sync, dan mengontrol kondisi baterai. Bobotnya yang sangat ringan sehingga FP2 mudah untuk dibawa kemana saja. Untuk kebutuhan power, cukup dengan baterai AA sebanyak 2 buah yang mampu bertahan selama 11 jam dengan menggunakan baterai jenis alkaline.
Friday, March 7, 2014
Pengenalan mixer audio (bagian 2)
Posting bulan januari 2014 kemarin, kita sudah membahas beberapa bagian dari mixer audio. Tulisan kali ini kita akan melanjutkannya.
PFL dan SOLO
Tombol PFL (pre fade listening) akan berguna untuk mendengar (melalui headphone) channel yang tombol PFL / SOLOnya diaktifkan. Juga untuk men-check gain sinyal pada channel. Misalnya pada saat soundcheck, sebelum membuka fader dari channel, tekan tombol PFL, maka pada led indikator channel akan terlihat seberapa besar gain input yang masuk (apakah overload atau terlalu kecil) sebelum suara dikirim ke seluruh sistem. Pada beberapa tipe mixer audio terdapat hanya tombol SOLO yang berguna pada saat soundcheck dan berfungsi untuk mengirim hanya channel yang ditekan tombol solonya ke master L/R.
Stereo Fader
Potensio geser yang berfungsi untuk mengontrol level channel stereo. Dari posisi off ke posisi yang bertanda “U” sampai penambahan gain 10 dB.
Signal Level LED
LED ini mengindikasikan penambahan level sinyal channel kiri dan kanan setelah GAIN dan EQ control, mengikuti stereo fader.
Group dan Main Mix Assigns
Disebut juga subgroup assigns , dimana group assigns ini hanya terdapat pada mixer audio yang memiliki group. Misalkan pada mixer audio tersebut tertulis 16/2 berarti 16 channel 2 output (L/R). Ini menunjukkan bahwa mixer audio tersebut tidak memiliki group. Namun bila tertulis 16/4/2, ini berarti mixer audio tersebut memiliki 16 channel, 4 group dan 2 master L/R. Group assigns adalah yang menentukan kemana sinyal channel akan dikirim. Apakah ke group atau ke master L/R. Misalnya dalam sebuah mixer audio yang memiliki 4 group, kita dapat mengirim semua channel drum ke group 1, gitar dan bas ke group 2, keyboard ke group 3 dan vokal ke group 4.
Sedangkan bila tersedia 8 group, kita dapat melakukan hal yang sama namun semuanya dalam stereo. Yang kemudian seluruhnya dikirim ke master L/R. Mungkin akan timbul pertanyaan, sepertinya ini tidak begitu berarti, karena akhirnya seluruhnya dikirim juga ke master L/R. Bukankah lebih baik mengatur langsung dari master? Tapi dalam kenyataannya tidak begitu. Misalnya pada saat soundcheck kita telah membalans seluruh channel drum dan kemudian kita gabungkan dengan bass gitar dalam group 1-2. Pada saat pertunjukan sedang berlangsung, kita hanya perlu mengawasi group 1-2 saja untuk mengontrol level keseluruhan channel drum dan bass. Begitu juga dengan backing vokal atau instrument yang kita gabungkan dalam group yang sama. Sebagian besar group assigns juga dilengkapi dengan pan control individual. Menggunakan group akan sangat membantu kita mengoperasikan mixer pada penampilan live.
Sinyal dari channel dapat dikirim ke group mana yang kita mau atau juga dikirim ke master. Misalnya kita kirim channel penyanyi utama ke master L/R sedang channel dari backing vokal ke group yang kemudian di-insert gate hanya untuk group tersebut. Dan masih banyak kemungkinan lain.
AGC Circuit
Tuesday, February 4, 2014
Mencegah Lensa Berembun
Saat lensa dipindahkan dari ruang yang panas ke dingin atau sebaliknya, ada kemungkinan lensa akan mengalami kondensasi atau berembun.
Contoh umum yaitu saat kita keluar dari mobil yang ber-AC dingin ke luar mobil yang panas. Atau sebaliknya, saat kita membawa keluar kamera dan lensa kita dari tempat yang hangat seperti rumah ke luar ruangan yang lebih dingin dan lembab.
Pertemuan antara kamera dan lensa yang hangat ke tempat yang dingin akan membuat uap air menempel dan berkondensasi menjadi embun di permukaan dan di dalam lensa kamera.
Jika dibiarkan berlarut atau berulang-ulang, pengembunan ini bisa menimbulkan jamur, karat bahkan korslet.
Cara menghindarinya yaitu memasukkan kamera dan lensa ke dalam plastik kedap udara/ziplock, dan kemudian biarkan kamera dan lensa menyesuaikan dengan suhu baru secara perlahan.
Perlu sekitar 10-20 menit untuk menyesuaikan tergantung dari panjang lensa. Lensa yang sederhana dan pendek membutuhkan waktu lebih sedikit untuk menyesuaikan dengan suhu baru.
Contoh umum yaitu saat kita keluar dari mobil yang ber-AC dingin ke luar mobil yang panas. Atau sebaliknya, saat kita membawa keluar kamera dan lensa kita dari tempat yang hangat seperti rumah ke luar ruangan yang lebih dingin dan lembab.
Pertemuan antara kamera dan lensa yang hangat ke tempat yang dingin akan membuat uap air menempel dan berkondensasi menjadi embun di permukaan dan di dalam lensa kamera.
Jika dibiarkan berlarut atau berulang-ulang, pengembunan ini bisa menimbulkan jamur, karat bahkan korslet.
Cara menghindarinya yaitu memasukkan kamera dan lensa ke dalam plastik kedap udara/ziplock, dan kemudian biarkan kamera dan lensa menyesuaikan dengan suhu baru secara perlahan.
Perlu sekitar 10-20 menit untuk menyesuaikan tergantung dari panjang lensa. Lensa yang sederhana dan pendek membutuhkan waktu lebih sedikit untuk menyesuaikan dengan suhu baru.
Tuesday, January 14, 2014
Pengenalan Mixer Audio
Postingan kali ini sebenarnya bukan tulisan baru, karena sebelumnya tulisan saya ini sudah ditampilkan di Majalah Broadcastmagz Edisi 17 yang terbit Februari – Maret 2013, jadi sudah lumayan lama juga ya, hampir setahun. Tetapi karena isi tulisannya masih update dan tidak banyak juga yang memiliki Majalah Broadcastmagz, maka tidak ada salahnya jika diposting di blog ini, mudah-mudahan bermanfaat.
Sesuai dengan namanya, mixer audio adalah suatu alat untuk mencampur berbagai sinyal audio dari beberapa sumber audio untuk diproses sedemikian rupa sehingga akan menghasilkan keluaran berupa sinyal audio utuh yang merupakan gabungan dari beberapa sumber audio tersebut. Pada kenyataannya, mengingat setiap sumber audio memiliki amplitudo serta karakteristik bunyi yang berbeda, maka mixer audio tidak hanya berfungsi untuk mencampur beberapa sumber audio sehingga menghasilkan satu audio yang utuh saja, tapi mixer audio juga berfungsi untuk mengatur volume, frekuensi dan pengaturan lainnya.
Fungsi dasar utama dari mixer audio adalah:
- Menguatkan (amplify) sinyal yang masuk
- Memungkinkan pengaturan level (volume) audio terhadap masing-masing sumber audio
- Memungkinkan kita untuk mendengarkan (monitoring) masing-masing sumber audio maupun audio secara keseluruhan
- Memungkinkan kita untuk mencampur (mixing) beberapa sinyal audio secara baik sesuai dengan yang diinginkan.
- Mengarahkan (routing) sinyal audio hasil penggabungan tersebut ke transmitter, speaker maupun alat perekam audio/video.
Fungsi dasar utama diatas biasanya selalu ada di setiap mixer audio,
Thursday, January 9, 2014
Panduan Wawancara Televisi
Harus diakui, saat ini wawancara televisi memang telah menjadi salah satu primadona siaran. Program ini membantu pemirsa untuk lebih memahami berbagai pendapat dan pandangan (opinions and views) orang tertentu atas sesuatu hal atau suatu peristiwa.
Pekerjaan membangun jembatan pemahaman yang jelas dan benar atas sesuatu hal atau peristiwa bagi masyarakat bukanlah pekerjaan yang mudah. Apalagi jika hal itu dilakukan di tengah kecenderungan hadirnya beragam siaran yang sensasional, pornografi, dan penuh kekerasan di ruang tonton publik.
Tokoh pendidik nasional, Prof. Dr. Fuad Hassan, mensinyalir bahwa life style yang ditiru dari beragam program siaran televisi cenderung menjadi trend setting atau pattern setting. Menurutnya, kecenderungan ini dapat dilihat dari bagaimana ditiru dan massalnya dampak yang ditimbulkan oleh apa yang disajikan siaran televisi. Banyak contoh -yang kadang-kadang tidak masuk akal- dapat dikedepankan untuk itu. Di antaranya adalah -seperti yang diamati Prof. Dr. Fuad Hassan- nuansa rasis iklan produk pemutih wajah yang dalam enam minggu mampu memperputih wajah Anda. Iklan produk pemutih wajah ini seolah-olah menerangkan bahwa putih itu superior, coklat atau hitam itu inferior. Hebatnya, iklan seperti itu disiarkan tanpa ada keberatan di negeri yang sebagian besar penduduknya berkulit cokelat.
Sesungguhnya ada banyak masalah serius yang harus diperhatikan sehubungan dengan dampak negatif siaran dan iklan televisi. Bayangkan, setiap malam berbagai jenis sampo dikampanyekan lewat aksi anak muda menggoyangkan kepalanya untuk melepas ketombe, seolah-olah what is on your head is more important than what is in your head. Kenapa bukan otaknya yang direklamekan tetapi justru ketombe di kepala?
Friday, January 3, 2014
Speaker Monitor, Pilihan Yang Semakin Beragam
Saat industri rekaman menggeliat pada era 1920-an dan 1930-an, speaker ditempatkan sebagai perangkat yang berfungsi untuk mengecek atau memastikan apakah ada gangguan kebisingan dan masalah teknis yang jelas, bukan untuk membuat evaluasi artistik atas kinerja dan perekaman. Dengan kata lain, speaker monitor digunakan hanya untuk memeriksa bahwa tidak ada kekurangan teknis yang bisa merusak rekaman asli.
Namun, memasuki era 1940-an, industri speaker menghasilkan speaker berkualitas tinggi pertama yang dikembangkan sebagai speaker monitor. Speaker tersebut adalah Altec Lansing Duplex 604 yang dirilis pada tahun 1944. Altec Lansing Duplex 604 menggunakan driver inovatif yang merupakan pengembangan dari speaker yang dirancang James Bullough Lansing yang sebelumnya memasok driver untuk Shearer Horn (speaker yang menjadi standar industri dalam suara layar lebar) pada tahun 1936.
Kini, berbagai pabrikan berlomba menghasilkan speaker-speaker monitor yang mengadopsi beragam teknologi pendukung yang mampu dengan “jujur” mereproduksi suara dari sumbernya. Jujur disini bisa dimaksudkan bahwasanya speaker mampu mereproduksi kualitas nada suara yang akurat dari audio sumber (sering diistilahkan dengan “uncolored” atau “transparan”) dan speaker tersebut bisa meminimalisasikan emphasis atau de-emphasis (tekanan) dengan demikin tidak ada pergeseran phase shift dari sebuah frekuensi yang artinya tidak ada distorsi dalam penggunaan speaker ini. Jadi dengan menggunakan speaker flat, Anda akan mendapat suara dasarnya atau aslinya. Tentunya, kehadiran speaker-speaker monitor tersebut tak lagi hanya dilakukan industri rekaman, tapi juga industri penyiaran. Terutama, radio. Lembaga penyiaran publik sekelas BBC bahkan telah menetapkan standar tertentu untuk penggunaan speaker monitor. Hal inilah yang membuat para penyiarnya tampil lebih pede lantaran yakin keluaran audio dalam speaker di studio on air sama dengan yang diterima pemirsa atau pendengarnya.
Subscribe to:
Posts (Atom)