Thursday, November 14, 2013

Panduan Membeli Mikrofon

Tak terasa ternyata sudah lama saya tidak posting di blog ini, maklumlah di kantor lagi banyak pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan, jadinya ya begini deh hehehehe.
Postingan kali ini juga sebenarnya bukan tulisan baru, karena sebelumnya sudah ditampilkan di Majalah Broadcastmagz Edisi 15 yang terbit November - Desember 2012, jadi sudah lumayan lama juga ya, hampir setahun. Tetapi karena isi tulisannya masih update dan tidak banyak juga yang memiliki Majalah Broadcastmagz, maka tidak ada salahnya jika diposting di blog ini, mudah-mudahan bermanfaat. Ok, cukup sekian pembukaannya, sekarang mulai ke topik pembahasan.
Sebelum membeli sebuah microphone, sebaiknya terlebih dahulu kita melakukan identifikasi untuk apa microphone tersebut nantinya akan digunakan. Apakah untuk acara talkshow/berita, acara musik, drama/sinetron, liputan atau lainnya. Setiap format produksi yang berbeda, biasanya membutuhkan jenis microphone yang berbeda pula. Akan tetapi tidak tertutup kemungkinan didalam suatu proses produksi tidak hanya menggunakan satu jenis microphone saja, tetapi gabungan dari beberapa jenis microphone. Dari hasil identifikasi tersebut, maka kita dapat mengetahui jenis microphone apa yang dibutuhkan. Bila dilihat dari desainnya apakah yang dibutuhkan berupa/berbentuk handheld, clip on, headset ataupun shotgun. Begitupun dari polar patternnya, apakah menggunakan jenis omnidirectional, bi-directional ataukah unidirectional (cardioid, supercardioid, hypercardioid, parabola). Kita juga bisa memilih dari segi transmisinya, apakah wired atau wireless. Selain dari jenis microphone tersebut di atas, kita juga harus mengetahui beberapa istilah yang sering digunakan dalam dunia microphone. Untuk memberikan sedikit gambaran, mari kita lihat spesifikasi dari salah satu handheld mic wireless yang sering digunakan, yaitu Shure SM-58.
Diversity receiver
clip_image002
Shure SM-58 menggunakan receiver yang memiliki kemampuan diversity, dimana receiver tersebut menggunakan sepasang (dua buah) antenna yang dapat dipasang di dua tempat yang berbeda. Prinsip dasar dari sistem diversity ini adalah apabila antenna yang satu tidak dapat menangkap sinyal dengan baik, maka antenna yang satunya lagi diharapkan dapat menerima sinyal dengan baik. Untuk menghindari gangguan interferensi, maka rangkaian di dalam receiver tersebut dibuat untuk dapat mendeteksi secara cerdas antenna mana yang menerima sinyal dengan bagus.
Range frequency (rentang frekuensi)
Shure SM-58 memiliki type transmitter dengan rentang frekuensi yang berbeda seperti yang terlihat dibawah ini:
Type Rentang Frekuensi
H5 518–542 MHz
J3 572–596 MHz
L4 638–662 MHz
P4 702–726 MHz
R5 800–820 MHz
S6 838–865 MHz
JB 806–810 MHz
Q4 740–752 MHz
R13 794–806 MHz
G4 470–494 MHz
G5 494–518 MHz
Yang dimaksud frekuensi di sini adalah Radio Frequency (RF). RF sendiri adalah frekuensi dalam spektrum elektromagnetik yang berhubungan dengan propagasi gelombang radio. Ketika arus RF dipasok ke antena, medan elektromagnetik yang dibuat kemudian merambat melalui udara. RF sendiri terbagi ke beberapa bagian seperti yang terlihat di tabel bawah ini:
Nama Band Singkatan Frekuensi Panjang Gelombang
Extremely low frequency ELF 3–30 Hz 100,000 km – 10,000 km
Super low frequency SLF 30–300 Hz 10,000 km – 1000 km
Ultra low frequency ULF 300–3000 Hz 1000 km – 100 km
Very low frequency VLF 3–30 kHz 100 km – 10 km
Low frequency LF 30–300 kHz 10 km – 1 km
Medium frequency MF 300–3000 kHz 1 km – 100 m
High frequency HF 3–30 MHz 100 m – 10 m
Very high frequency VHF 30–300 MHz 10 m – 1 m
Ultra high frequency UHF 300–3000 MHz 1 m – 100 mm
Super high frequency SHF 3–30 GHz 100 mm – 10 mm
Extremely high frequency EHF 30–300 GHz 10 mm – 1 mm
Dari tabel di atas, terlihat bahwa mic Shure SM-58 bekerja di area band UHF (Ultra High Frequency).
Operating range (rentang operasi)
Shure SM-58 mempunyai rentang operasi 30 – 100 meter ( 100 – 300 feet ), hal ini menyatakan bahwa jarak maksimal antara transmitter dengan receiver tidak bisa lebih dari 100 meter. Jarak maksimal yang dicapai sangat tergantung kepada penyerapan sinyal RF ( RF signal absorption), refleksi (reflection) dan gangguan (interference).
Audio Frequency Response (Respon Frekuensi Audio)
Shure SM-58 memiliki respon frekuensi audio antara 45 Hz – 15 kHz. Yang dimaksud frekuensi di sini adalah frekuensi yang berhubungan dengan nada suara. Frekuensi diukur dan dinyatakan dengan satuan Hertz (Hz) atau cycles per second (cps). Manusia yang memiliki pendengaran sangat baik dapat mendengar suara dengan rentang antara 20 Hz – 20 kHz. Akan tetapi, kondisi seperti itu sangatlah jarang terjadi. Hal ini dikarenakan pendengaran manusia akan semakin menurun sesuai umur, belum lagi karena terjadinya kerusakan telinga akibat lingkungan yang berisik. Dalam kenyataan sehari-hari nada suara yang lebih umum terjadi hanyalah mencakup rentang antara 50Hz – 15 kHz.
Total harmonic distorsion (THD)
Shure SM-58 memiliki total harmonic distorsion (distorsi harmonik total) 0,5%. THD adalah spesifikasi yang membandingan penguat sinyal output dengan penguat sinyal input dan mengukur tingkat perbedaan dalam frekuensi yang harmonis diantara keduanya. Musik terbuat dari frekuensi fundamental dan harmonis. Distorsi harmonik total diukur dengan satuan persentase, seperti contoh di sini adalah 0,5 % THD. Ini berarti bahwa tingkat distorsi harmoniknya adalah 0,5 % dari sinyal output total. Persentase lebih rendah lebih baik. Pada kenyataannya, distorsi harmonik total hampir tidak terlalu berpengaruh terhadap pendengaran manusia. pertimbangan lain, seperti pemilihan ruangan akustik dan pemilihan speaker yang tepat lebih penting daripada persentase distorsi harmonik total.








No comments:

Post a Comment