Pada pembahasan sebelumnya, kita menguraikan tentang penemuan efek foto listrik (Fhotoelectric effect) oleh Joseph May yang merupakan perkembangan pertama dari televisi. Penemuan tersebut mengilhami para scientist lainnya di seluruh dunia dengan terus melakukan penelitian berbasis efek photoelectric. Didukung oleh teknologi pengolahan material elektronik yang semakin maju dan modern sehingga konsep photoelectric tersebut dapat diaplikasikan dan dikembangkan dalam suatu perangkat elektronik (electronic device) yang semakin modern. Misalnya penemuan teknologi LCD (Light Crystal Display), STN (Super Twisted Nematic) dan TFT (Thin Film Transistor) yang memungkinkan kita menikmati gambar berwarna diam ataupun bergerak dalam layar yang relatif kecil baik ukuran maupun daya listrik yang dibutuhkannya, sangat tinggi resolusinya serta halus warnanya, yang saat ini banyak diaplikasikan sebagai layar TV, computer, PDA, alat-alat ukur electronic sampai dengan layar HP.
Perkembangan industri televisi
Industri televisi broadcasting untuk pertama kali mulai diperkenalkan sekitar awal tahun 1936, yaitu di dalam Olimpiade Berlin, dimulai dengan dukungan teknologi scanning gambar yang masih beresolusi rendah (180 lines/frame, 25 frames/second), diikuti oleh para ahli dari Perancis di tahun yang sama. Di tahun ini pula suatu perusahaan dari Inggris EMI company untuk pertama kalinya memproduksi fully electronic television system dengan resolusi 405-line definition, 25 frames/second dan dilengkapi dengan interlace, yang didukung oleh Marcony Company untuk pengembangan transmitternya, serta didukung oleh pemerintah Inggris dengan mengesahkan standard scanning bagi system tersebut.
Pada tahun 1939 Televisi public untuk pertama kalinya diperkenalkan di Amerika dengan 340-line system operating pada 30 frames/second. Dua tahun kemudian diadopsi standard 525-line 60 frames/second. Saat itulah mulai dibangun stasiun TV transmitter di kota-kota besar dunia seperti London, Paris, Berlin, Rome dan New York. Perkembangannya sempat terhambat akibat perang, namun dimulai kembali pada tahun 1952 dengan dipergunakannya standar 625 lines, 50 frames/second khususnya untuk kawasan Eropa, tahun inilah diyakini sebagai tahun awal dimulainya industri TV modern.
Lima puluh tahun kemudian, tepatnya menjelang tahun 2000 perkembangannya sudah begitu pesat, ditandai dengan mulai aplikasikannya pengembangan teknologi dari sistem analog menjadi sistem digital sehingga diharapkan efisiensinya jauh lebih optimal dan lebih banyak “muatan” yang dapat disalurkannya. Media penyiaranyapun semakin beragam, yaitu melalui Digital Cable TV maupun TV satelit / DTH (Direct To Home), disamping melalui TV digital (DTV) dan bahkan integrasi antar ketiganya.
By Satriyo Dharmanto
No comments:
Post a Comment