Tuesday, February 8, 2011

Materi gambar 5D dan 7D untuk Program TV

Akhir-akhir ini, banyak film dan v-klip yang menggunakan kamera DSLR EOS 5D & 7D (yang teman-teman dan saya sering bilang "shooting kok pake tustel?") sebagai bahan baku. Dari segi produksi, saya melihat hal ini memang menguntungkan. Harga nya yang relatif murah dan gambar yang tidak kalah bagus bila dibandingkan dengan kamera video dan film 'beneran'.
slr 5dSekarang saya ingin tahu tanggapan teman-teman bila shooting program TV (feature, reality show, magazine) bila menggunakan kamera ini. Ini menjadi pertanyaan bagi saya setelah mebantu beberapa teman yang sedang menjalankan tugas kuliah di FFTV-IKJ. Beberapa kelompok menggunakan kamera ini sebagai materi visualnya untuk program TV non-drama. Yang saya rasakan setelah membantu pascaproduksi (audio-post) mereka ada kejanggalan, seperti:
-Kamera tersebut mempunyai spek yang minim untuk audio, jadi mau tidak mau mesti menggunakan sistem perekaman double system (perekaman gambar dan suara secara terpisah). Dimana pada saat transfer data & editing, editor harus mensinkronkan gambar dengan suara dan sebuah program TV harus bergerak cepat maka dari itu tidak menggunakan slate sebagai acuan untuk sinkronisasi. Jadi, saya hanya berkata sabar kepada editor
-Kebutuhan transfer data jika memory penuh.
Lain dengan bahan baku kaset mini dv/dvcam yang dicapture belakangan dan bahan baku tersebut mampu merekam selama kurang lebih 40-60 menit per kaset.
-5D & 7D untuk saat ini hanya compatible dengan software editing Final Cut Pro. Dan untuk import ke timeline tersebut membutuhkan proses transcoding dari codec H264 ke Apple ProRes 422. Tentu saja, memakan waktu lebih lama. Lamanya mentransfer 1 klip itu hampir real time. Bila 1 klip berdurasi 1 menit, maka transfer memakan waktu hampir 1 menit juga. Saya rasa ini akan menghambat waktu menuju proses tayang.
-Kamera tersebut progressive scaning yang scale sizenya 1920x1080. Sedangkan untuk tayang di TV yang saya tahu itu PAL 720x576 dan interlaced. Memakan waktu juga pada tahap export/convert.
-Saya sudah bertukarpikiran dengan teman-teman yang di broadcast kalau Indonesia belum bisa menyajikan HD untuk tayangan TV. Dan saya berpikiran, "buat apa shooting dengan HD namun ditayangkan SD?
Menurut tanggapan teman-teman, seberapa ideal kah jika sebuah program TV (non-drama) jika menggunakan alat ini? Maksud & tujuan apa yang ingin dicapai jika menggunakan alat tersebut?
Tanpa ada maksud menyinggung perasaan, saya ucapkan terima kasih atas tanggapan yang diberikan.
Salam sukses,
G.Q. Ramadhan.

Technorati Tags: ,,

No comments:

Post a Comment